Dua Wajah Wirausaha: Pelajaran dari Keberhasilan Gojek dan Kegagalan Theranos

Oleh Fatima Aliya Nargis (AE24)

Studi Kasus Keberhasilan: Nadiem Makarim dan Gojek

1. Motivasi Internal dan Eksternal

Nadiem Makarim mendirikan Gojek pada 2010 dengan motivasi internal berupa passion terhadap inovasi digital dan visi untuk memberdayakan ojek di Indonesia. Ia melihat potensi besar untuk mengubah cara orang bepergian dan memesan layanan dengan teknologi. Motivasi eksternalnya muncul dari

Elizabeth Holmes mendirikan Theranos dengan motivasi internal berupa ambisi besar untuk “mengubah dunia” dalam bidang kesehatan. Ia terinspirasi untuk menciptakan teknologi tes darah revolusioner yang bisa mendeteksi berbagai penyakit hanya dengan satu tetes darah. Namun, motivasi eksternalnya juga kuat, yaitu tekanan untuk meraih pengakuan, mendapatkan investasi besar, dan mencapai status Silicon Valley unicorn.

2. Sikap dan Perilaku Etis

Holmes gagal menjaga etika bisnis. Ia menutupi fakta bahwa teknologi Theranos tidak berfungsi sesuai klaim. Investor, mitra bisnis, bahkan pasien, ditipu dengan laporan yang dimanipulasi. Tidak ada transparansi, dan tanggung jawab sosial terhadap pasien diabaikan. Alih-alih menunda peluncuran hingga teknologi benar-benar siap, Holmes lebih memilih mengejar profit dan reputasi.

3. Mindset

Holmes memiliki fixed mindset dalam menghadapi kegagalan teknis. Alih-alih terbuka terhadap kritik dan memperbaiki teknologi, ia memilih menutup rapat-rapat kelemahan produknya. Mindset yang opportunity-oriented berubah menjadi obsesi pada pencitraan, sehingga peluang yang sebenarnya bisa diperbaiki justru berakhir dengan skandal besar.

4. Dampak

Dampak kegagalan Theranos sangat luas: kerugian finansial miliaran dolar, rusaknya kepercayaan investor, dan yang paling fatal, potensi bahaya bagi pasien akibat hasil tes yang tidak akurat. Elizabeth Holmes dijatuhi hukuman penjara karena penipuan, dan kasus ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya etika dalam inovasi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Dari kedua studi kasus ini, saya mengambil beberapa pelajaran penting:

  1. Motivasi harus seimbang antara passion dan realitas pasar. Ambisi pribadi perlu diarahkan untuk memberi dampak nyata, bukan sekadar memburu pengakuan.

  2. Etika adalah fondasi bisnis. Tanpa kejujuran dan transparansi, keberhasilan hanya bersifat semu dan berisiko runtuh.

  3. Mindset growth dan opportunity-oriented sangat penting untuk bertahan. Kritik, kegagalan, dan tantangan harus dipandang sebagai peluang untuk belajar.

  4. Tanggung jawab sosial bukan beban, melainkan faktor kunci keberlanjutan usaha. Kepercayaan konsumen dan investor lahir dari integritas.

Rekomendasi untuk calon wirausaha:

  • Bangun usaha dengan nilai etika sejak awal, jangan menunggu sampai besar.

  • Kelola motivasi agar tetap sehat: gunakan passion untuk inovasi, peluang eksternal untuk keberlanjutan.

  • Latih mindset adaptif, berani berubah ketika strategi gagal, dan selalu terbuka terhadap masukan.

  • Jadikan usaha bukan hanya alat mencari keuntungan, tetapi juga sarana untuk memberi kontribusi positif pada masyarakat.

Dengan demikian, calon wirausaha dapat belajar bukan hanya dari kisah sukses yang membanggakan, tetapi juga dari kegagalan yang memberi peringatan berharga.


Sumber

  • Gojek Indonesia. (2021). Perjalanan Gojek: Dari Ojek Panggilan Jadi Decacorn.

  • Kompas.com. (2020). Kisah Nadiem Makarim dan Lahirnya Gojek.

  • Carreyrou, J. (2018). Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup.

  • BBC News. (2022). Theranos Founder Elizabeth Holmes Sentenced for Fraud.

Comments

Popular posts from this blog